Langsung ke konten utama

Postingan

Nafas Panjang Pendidikan : Sebuah Refleksi

Tergugah menulis setelah kemarin mendengarkan salah satu lagu kesukaan sejak SD berkumandang di puncak acara Hari Pendidikan Nasional 2024 di Arena GBK.Meski peranku kini bertambah, sebagai istri dan ibu, tapi gejolak jiwaku menyelami dunia pendidikan tiba-tiba bangkit kembali. Setelah melewati tahun-tahun yang berat, mengikis hampir sebagian besar gelora pengabdian, nyaris menjadi seorang yang pragmatis. Aku di ingatkan kembali dengan larik-larik lagu Pemuda dari Chaseiro. Pemuda, kemana langkahmu menuju   Apa yang membuat engkau ragu   Tujuan sejati menunggumu sudah   Tetaplah pada pendirian semula Ku ulangi kalimat itu, "tetaplah pada pendirian semula". Aku yang hari ini merupakan mimpi dan harapanku di masa lalu. Mimpi tentang kebermanfaatan yang ingin ku bagikan kepada sebanyak-banyaknya anak-anak Indonesia, tentang kondisi adik-adik di Sanggrahan Study Club dan perasaan terpenjaranya dengan sekolah.  Di masa itu, aku nyaris marah dan putus asa, upaya-upaya yang ku laku
Postingan terbaru

Sebuah Refleksi Bertambah Usianya Mbarep

Sudah banyak yg bilang jika akan selalu ada “yang pertama kalinya” dalam kehidupan kita. Pertama kali masuk sekolah, pertama kali tes, pertama kali menjadi istri, dan banyak lagi.  Menjalani hal baru pasti banyak tantangan, kebutuhan adaptasi juga resiliensi dari stres/tekanan yang dipicu dari (1) mindset yang menjurus ke overthinking (2) ketakutan (3) kekecewaan (4) juga komen netizen yang julid hehehe Tapi bagimana ya pertama kalinya menjadi bayi? Ini sebuah perjalanan spiritual bagi dua insan yang kemudian mendapat predikat orang tua. Yang dari berbagai riset menunjukkan setiap stimulus, respon, pengasuhannya akan memberikan dampak bagi jiwa si anak dan menghadapi “yang pertama kali” bagi kehidupannya. Artinya, disetiap momen bertambah usianya ada hal baru pula yang perlu orang tua siapkan. Bukan hanya finansial, tapi ilmu mendidik, pendidikan, juga menigisi penuh tanki cinta dalam jiwanya.. Anak-anak mbarep yang tumbuh dengan tanki cinta yang penuh akan lebih mudah mencintai adikny

Tentang Keberserahan Diri

Berita kematian yang berseliweran di media sosial menjadikan diri terpacu juga terpicu dengan seberapa banyak bekal yang sudah dimiliki untuk pulang kampung ke negeri akhirat. Salah satu hikmah dari PPKM se Jawa Bali, bisa ketemu dengan komunitas emak-emak online untuk tuntas terjemah Al Qur’an selama tiga bulan dengan hitungan per hari menyetorkan 3 lembar. Metode ini hal baru bagi saya dan sangat membantu mengingat aktivitas kantor yang berpindah ke rumah. Kerja, kerja, kerja kadang membuat lupa bahwa ketahanan spiritual adalah hal yang juga penting dalam menghadapi pandemi.  Menariknya, saat saya coba membaca dan menyelami arti dari ayat-ayat terjemahan Al Qur’an. Saya menemukan banyak kata “berserah dirilah" Kesimpulan kami, semua episode kehidupan kami, sebagian besarnya karena keberserahan diri kami kepada Sang Pemilik Kehidupan. Kami pikir-pikir, kalau kami malah ngebet banget terhadap sesuatu, perasaan ingin memiliki yang menggebu-gebu, perasaan ingin menang, dan perasaan

Hangatnya Hari Ini

Hari ini terasa hangat. Rasanya senaaaaaaaaang sekali melihat wajah-wajah dosen yang berjasa besar bagi kehidupan saya hingga titik ini, meski hanya bisa menatap nama-nama mereka atau wajah mereka lewat layar HP karena laptop tiba-tiba soundnya hilang. Bagi saya, beliau-beliau itu bukan hanya dosen, tapi bisa jadi teman, sahabat, pemimpin, bahkan Ibu dan Bapak. Saya pernah nangis, sebel, dimarahi, juga tertawa sampai terbahak-bahak dengan beliau-beliau. Ketika asesor bilang "tolong ceritakan apa yang Anda dapatkan dr Psikologi UNS?" Saya rasanya ingin bicara banyak. Tapi ya gimana ya.. Saat nama saya di panggil pak Adit selaku Kaprodi "mbak Titis", saya sedang menggendong nak lanang karena muring2 ngantuk, belum lagi nak lanang satunya muter muyer panggil umi-umi sedangkan abinya anak-anak baru benerin speaker laptop yang eror. Sampai dikirimi screenshot foto pas ngomong sama mbak Dyah wakkakaka. Perjuangan zoom di rumah memang penuh peluh keringat. Karena energi sa

Hari ini milikku

Kembali mencoba menjelaskan rasa lewat kata. Hari ini dibersamai rinai juga harum petrichor.. Tiba-tiba saja kenangan itu hadir… Keseruan masa putih abu-abu diantara deru ular besi bertualang di kota hujan.. Ketakutan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ku buat sendiri.. Perjalanan yang menjadi perenungan terbaik.. Hingga kini saat dibersamai olehnya dalam sadel skuter matic.. Aku seperti menginsyafi hakikat kehidupan ini lewat tutur nada Banda Neira juga bait bait Endang Soekamti.. Mungkin kamu juga pernah merasakannya.. atau kelak akan merasakannya.. Bahwa… Yang patah tumbuh, yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia akan jadi makna Yang terus berulang suatu saat henti Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi Bahwa… yang datang akan pergi lewat kan berlalu ada kan tiada bertemu akan berpisah awal kan berakhir terbit kan tenggelam pasang akan surut bertemu akan berpisah… sebab itulah.. hari ini milikku.. dan sepantasnya di

Seorang Pembuka Jalan-Jalan Kebaikan

15 Desember 2018 00.30, perutku terasa sakit yang aneh dan belum pernah kurasakan. Jangan-jangan ini yang dinamakan kontraksi sungguhan bukan kontraksi palsu lagi . Ku tahan kram yang menjalar di perutku itu. Satu jam kemudian. Kenapa terasa ‘slemet-slemet’ terus ya ? Masa lahiran hari ini, padahal pagi hari suami mau wisuda, esoknya harus tes SKB di Jogja. Allaaaah…. Rasa sakit yang aneh itu pada akhirnya memberikan dorongan kuat untuk membangunkan suamiku yang sedang terlelap. Setelah ke kamar mandi munculah tanda-tanda persalinan lainnya. “Ayok ke bidan sekarang” “Jangan.. nanti aja nunggu ba’da shubuh sekalian” Dua jam yang berjalan lambat bagiku karena rasa sakit aneh yang membuatku tidak nyenyak memejamkan mata. Sebakda menunaikan sholat shubuh, suamiku dengan sigap menyiapkan tas dan memberitahu seisi rumah bahwa sudah ada tanda-tanda persalinan.. Aku di rundung kegalauan.. “Bi, kalau nanti gak bisa datang wisuda, besok gak bisa ikut SKB ikhlas , ya?” Sorot ma

Tahu Diri

"Kau berada di rumah hikmah, maka carilah seorang dokter untuk menyembuhkan hatimu!" Said Nursi berdialog dengan dirinya sendiri, kalimat itu seolah-olah ditujukan kepadanya dan seolah-olah berbunyi : "Hai orang yang malang! Sebagai anggota Darul Hikmetil Islamiye, kau seperti dokter yang menyembuhkan penyakit spiritual umat Islam, padahal kaulah sesungguhnya yang paling sakit. Maka pertama-tama carilah dokter untuk dirimu, sembuhkan dulu dirimu barulah kau menyembuhkan orang lain" Sungguh.. kalimat terakhir dalam penggalan buku api tauhid itu menarik untuk direnungi Carilah dokter untuk dirimu, sembuhkan dulu dirimu barulah kau menyembuhkan orang lain . Dalam renung.. ku tertegun.. menyelami diriku sendiri yang hampir tenggelam lupa akan hakikat untuk apa diri ini diciptakan. Dunia yang mulai melenakan, melalaikan, membuat asyik masyuk.. sementara  ada sisi jiwa yang rapuh yang mulai lupa dengan kesyukuran dan kesabaran.. Maka dengan hadirnya sosok yang